''Berdasar hasil pemeriksaan sementara, motifnya sudah jelas. Yakni, menguasai sepeda motor korban,'' kata Kasatreskrim Polwiltabes Surabaya AKBP Anom Wibowo kemarin (14/6).
Cerita pembunuhan sadis tersebut bermula pada Rabu lalu (2/6). Ketika itu, Frenki chatting via mlRC dan masuk ke room Surabaya. Dia kemudian mengeklik Agung yang menggunakan nickname Cowok Butuh Cowok. ''Saya memang bertujuan mencari uang. Yang saya cari memang para gay,'' katanya.
Keduanya chatting. Frenki meminta uang Rp 100 ribu-Rp 150 ribu jika Agung ingin berkencan dengan dirinya. Namun, Agung menolak. Agung hanya mau memberikan "rokok dan makan". Meski tak ada deal khusus, keduanya bertukar nomor telepon. Mereka berjanji untuk bertemu di SPBU Pandugo, Rungkut. Tapi, pertemuan itu batal dilakukan.
Pada Rabu lalu (9/6), Frenki bangun kesiangan sehingga telat ke tempat kerjanya. Dia kemudian pergi ke kos Rudi (temannya yang masih buron) di kawasan Tenggilis. Di kos Rudi, dia minta diantarkan mengamen. Alasannya, dia sedang butuh uang. Namun, rencana itu gagal terlaksana karena hujan.
Tiba-tiba ucapan mengerikan muncul dari mulut Frenki. ''Mateni uwong yok. Butuh duwik iki (Membunuh orang yuk. Butuh uang, Red),'' katanya. Menurut Frenki, Rudi mengangguk saat mendengar ajakan tersebut. Sasaran mereka adalah Agung dan sepeda motornya.
Frenki langsung mengontak Agung. Dia meminta bertemu di SPBU Pandugo. Dia menyatakan tak bermasalah meski hanya dapat "rokok dan makan".
Frenki dan Agung bertemu di SPBU Pandugo. Frenki dan Rudi mengajak Agung ke sebuah mes di kawasan Wonorejo. ''Itu adalah mes kawan-kawan saya. Saya memang biasanya main ke situ. Saat itu, mes sedang sepi,'' tutur Franki.
Frenki kemudian masuk ke kamar bersama Agung. Rudi berjaga-jaga di luar. Frenki dan Rudi saling berkirim SMS. ''Di dalam awalnya ngobrol-ngobrol biasa. Saat ngobrol, saya SMS-an dengan Rudi supaya dia bisa langsung masuk dan membantu saya kalau ada apa-apa,'' paparnya.
Setelah mengobrol ngalor-ngidul sekitar 20 menit, Frenki bertanya ke Agung. ''Sudah terangsang ta?'' Agung mengangguk. Frenki kemudian (maaf) melorotkan celananya.
Belum sampai lima menit, tiba-tiba Frenki memiting sekaligus mencekik leher Agung. Agung berontak dan meronta. Namun, Frenki tak memberikan kesempatan.
Mendengar suara gedebuk, Rudi masuk dan membantu mencekik Agung. Agung terus berontak. Beberapa kali muka Agung membentur tembok sampai berdarah. Frenki dan Rudi juga memukuli kepala Agung hingga mulutnya berbusa dan berhenti meronta.
Meski Agung sudah tak bergerak, Frenki ingin memastikan. Dia mengambil sarung. Dia dan Rudi kemudian melilitkan sarung itu ke leher Agung yang sudah tergeletak. Keduanya menarik kuat sarung tersebut ke atas sambil menginjak punggung Agung. Setelah terdengar suara kretek, baru mereka percaya bahwa Agung telah tewas. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 10.00.
Setelah itu, Frenki dan Rudi panik. Mereka bingung kelanjutannya. Rudi diminta untuk membeli karung besar, tapi tidak berhasil. Rudi akhirnya menemukan kardus besar bekas bungkus kulkas.
Frenki bergegas mengikat Agung dalam kardus dengan menggunakan tali kain. Dia kemudian mengikat kardus yang berisi jasad Agung tersebut ke jok sepeda motor. ''Saya bergegas agar teman-teman tidak tahu apa yang terjadi,'' katanya. Dia membawa kardus tersebut sekitar pukul 16.30 dengan sepeda motor korban. Rudi menyusul di belakangnya. Keduanya berkeliling karena bingung menentukan lokasi pembuangan jasad korban. Menjelang magrib, mereka membuang Agung di bawah tol di wilayah Pondok Candra.
Frenki dan Rudi kemudian berpisah. Sepeda motor milik korban ditaruh di kos Wonorejo. Selanjutnya, seolah tak terjadi apa-apa, Frenki melanjutkan pekerjaan sebagai tukang kain di sebuah home industry di kawasan Panjang Jiwo.
Begitu mayat ditemukan pada malam, polisi langsung menyelidiki kasus tersebut. Tim gabungan Polwiltabes Surabaya-Polres Sidoarjo disebar. Polisi menduga, TKP tak terlalu jauh dari lokasi penemuan. Dilakukan penyisiran di tempat kos. Kecurigaan mengarah ke tempat kos Wonorejo. Apalagi, anak buah AKP Arbaridi Jumhur melihat adanya kecocokan antara hasil olah TKP dan tempat.
Ipda Ricky Firmansyah melihat adanya kecocokan antara potongan tripleks di TKP dan tripleks di kos tersebut. Polisi kemudian memeriksa semua penghuni kos itu. ''Hasilnya mengarah ke Frenki,'' kata Anom. Petugas kemudian menyanggong Frenki di tempat kosnya. Sabtu malam lalu (12/6), Frenki dibekuk ketika akan mengapeli calon istrinya.
Sebagaimana diberitakan, Rabu malam lalu(9/6), penghuni kawasan Pondok Candra dikejutkan penemuan mayat di dalam kotak kardus. Mayat tersebut mengenakan seragam olahraga SMA dr Soetomo. Identitas korban membingungkan polisi. Belakangan diketahui bahwa korban adalah alumni SMA dr Soetomo angkatan 2003. (ano/c12/nw)